Ditulis oleh Erabaru |
Selasa, 11 Desember 2012 14:02 |
Prancis adalah sebuah negara yang bernuansa penuh seni dan kebudayaan.
Dalam kebudayaan Prancis, kesusasteraan dan film mereka senantiasa
memancarkan karakter dan kedalaman makna yang anggun dan elegan,
lebih-lebih keelokan bangunan dan panorama serta atmosfernya membuat
relaks dan bahagia, tak sia-sia menyandang gelar salah satu pusat
kebudayaan Eropa bahkan dunia.
Dari kebudayaan Prancis, yang membuat saya terharu ialah kisah Sungai Seine dan keagungan Notre Dame de Paris.
Sungai Seine adalah sungai besar di wilayah utara Prancis, dengan
panjang total 780 km. Ia merupakan salah satu sungai besar yang paling
memiliki makna sejarah. Hulu Sungai Seine terletak 275 km di sebelah
tenggara Paris. Di wilayah perbukitan batu kapur dengan ketinggian 470
meter dpl (di atas permukaan laut), pada sebuah sungai gunung di dalam
jurang nan sempit, menelusuri kali tersebut hingga ke atas sampailah
kita pada sebuah gua.
Lubang gua tidak tinggi, buatan manusia, di depan pintu itu tak
terdapat pagar. Di dalam gua tersebut ada sebuah patung dewi, ia
berbusana sederhana berwarna putih, setengah berbaring setengah rebah,
tangannya membawa botol air, senyum terkulum di sudut bibirnya, wajahnya
tentram menyejukkan dan gayanya elok. Kali mengalir perlahan dari balik
punggung dewi tersebut. Mudah ditebak, Sungai Seine berhulu air sumber.
Menurut legenda penduduk Galia setempat, dewi tersebut bernama Seine,
seorang dewi penurun air, maka Sungai Seine disebut sesuai dengan
namanya. Ahli purbakala berdasarkan figur kayu yang digali dari daerah
tersebut memastikan, Dewi Seine setidaknya pada abad ke-5 SM sudah eksis
di dunia manusia.
Jembatan yang membentang di atas Sungai Seine, konon berjumlah 36 buah,
bentuk setiap jembatan memiliki ciri khas, diantaranya terhitung
jembatan Alexander III yang paling megah dan berkilau keemasan. Jembatan
tersebut memiliki struktur baja lengkung yang unik, menghubungkan jalan
raya Champs Elysees dan Les Invalides Plaza. Jembatan tersebut dibangun
untuk memperingati persekutuan antara Rusia dan Prancis, sekitar tahun
1900-an.
Di kedua tepian Sungai Seine pada ditanami pohon Payung China, dilihat
dari kapal, terlihat hijau meraya. Di belakang pepohonan, merupakan
kompleks bangunan yang megah. Istana besar maupun kecil di tepi utara
sungai, wilayah perguruan tinggi di tepi selatan sungai, Menara Eiffel
di sebelah barat sungai, juga Notre Dame de Paris yang terletak di atas
pulau semenanjung timur sungai dan lain sebagainya, kesemua bentuk
bangunan memiliki karakter dan memancarkan aura yang indah.
Berdiri di tepi Sungai Seine, menerawang Notre Dame yang berdiri
menjulang, di sekeliling pintu raksasa dipenuhi patung, selapis demi
selapis, patung batu itu semakin ke arah dalam semakin mengecil. Ukiran
di atas pintu juga sangat bagus tak tertandingi, kebanyakan melukiskan
para tokoh di dalam Alkitab.
Di tengah pintu terukir adegan “Persidangan terakhir”. Di sisi kiri dan
kanan terdapat pintu besar lainnya, pintu pada sebelah kiri adalah
kisah kehidupan Bunda Maria, pada sisi kanan adalah kisah St. Ana ibunda
Bunda Maria, setiap karya ukiran tersebut gradasinya jelas dan
garapannya sangat halus.
Memasuki Notre Dame, pada sebelah kanan terletak berderet-deret podium
lilin, puluhan cahaya lilin putih membuat suasana di dalam gedung terasa
lembut dan damai. Di depan tempat duduk hadirin terdapat podium pidato,
di belakang podium itu terletak 3 buah patung, patung kiri dan kanan
adalah Raja Louis XIII dan XIV, sorot mata kedua orang tersebut terfokus
ke patung Bunda yang meratapi anaknya, Yesus tergeletak di atas lutut
sang ibunda, mimik sang Bunda Suci terlihat sangat nelangsa.
Lantai kedua Notre Dame adalah Jendela Mawar (Jendela Catherine) yang
terkenal, beraneka warna, tetapi bukan melulu dekornya. Kaca patri yang
penuh keindahan dan keanggunan tersebut terukir satu per satu kisah dari
Bibel. Pelayanan kerohanian pada zaman dulu meminjam gambargambar
tersebut untuk dipergunakan sebagai syiar agama.
Notre Dame adalah sebuah bangunan batu, di dalam sejarah bangunan
dunia, ia dinobatkan sebagai simfoni yang terbentuk oleh batu raksasa
kelas satu. Meski ini adalah sebuah bangunan keagamaan, namun ia
memancarkan kearifan rakyat Prancis, telah merefl eksikan pengejaran dan
dambaan manusia akan kehidupan yang indah.
Notre Dame memadukan agama, kebudayaan dan seni bangunan pada satu
obyek. Awalnya dibangun demi memperingati dewa utama orang Romawi yakni
Jupiter, seiring dengan mengalirnya waktu, lambat laun ia memancarkan
keharuman sejarah dan kebudayaan.
Di dalam 800 tahun eksistensi Notre Dame de Paris, dengan diam-diam ia
memandang air sungai yang mengalir deras dan para umat yang berjibun,
pernah mengalami berapa banyak sebagai saksi mata hidup tragedi
kemanusiaan dan dramaturgi kebahagiaan manusia!
Kini, sungai Seine masih saja secara diam-diam bersandar dan
memandangi-nya, seolah dengan kebijakan dan keagungannya yang kekal
melanjutkan kata: abadi. (Zhi Zi/The Epoch Times/whs)
|
Sabtu, 14 Januari 2017
Notre Dame Paris yang Agung
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar